crewsmostcorrupt – Pembunuh berantai adalah seseorang yang membunuh tiga orang atau lebih. Steven Egger percaya bahwa jika satu atau lebih individu melakukan dua pembunuhan berturut-turut, pembunuhan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai pembunuh berantai. Karenanya, banyak pembunuh yang digolongkan sebagai pembunuh berantai karena mereka hanya membunuh 2 orang saja, seperti Ed Gein. Tindakan ini biasanya dimotivasi secara psikologis. Salah satu hipotesisnya adalah bahwa semua pembunuh berantai menderita gangguan kepribadian, seperti antisosial.
Pembunuhan berantai kembali mengejutkan publik. Kali ini tersangka adalah MRI (21) atau Rian yang diduga membunuh dua perempuan, masing-masing berinisial DS (18) dan EL (23). Jasad DS ditemukan di tempat sampah plastik di Bogor, Jawa Barat. Korban dicurigai mati dicekik, kemudian diikat tubuhnya di kantong sampah plastik dengan kaki terikat. Di saat yang sama, EL membunuh DS dalam waktu dua minggu setelah Rian membunuhnya. Jenazah EL ditemukan di sebuah tempat terbuka di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.Rian secara acak memilih korbannya melalui media sosial. Kapolres Bogor Kota Susatyo Purnomo Condro mengatakan perilaku Rian seperti penderita jiwa atau pembunuh berantai dalam serial film pembunuh, sebelum kasus “Rian Bogor” menghebohkan publik. Ada juga pembunuhan berantai yang mirip dengan serial film killer. Berikut ini 6 Kasus Pembunuhan Berantai semacam Serial Killer di Indonesia yang kami rangkum dari berbagai sumber :
6 Kasus Pembunuhan Berantai semacam Serial Killer di Indonesia
1. Dukun Ahmad Suradji

Kisah dukun Ahmad Suradji menggembirakan sebab dibilang sudah menewaskan sedikitnya 42 perempuan buat memperoleh kesakitan. Dukun Ahmad Suradji yang dikenal dengan sebutan Dukun Amerika ini telah menarik perhatian dunia, bagaimana kejadian ini bermula hingga dukun Amerika menjadi putus asa? Ahmad Suradji mengaku memimpikan kunjungan mendiang ayahnya (mungkin setan yang menyamar) saat pergi tidur pada malam hari. Dia telah menerima bisikan misterius dan akan mewarisi ilmu yang mahakuasa, yang menurutnya tak terkalahkan. Sebuah sihir yang dapat digunakan untuk mengalahkan lawan dan membantu serta menyembuhkan orang. Cuma syaratnya saja yang sulit, agar bisa menguasai ilmu sihir dengan sempurna, Suraj harus merelakan 72 nyawa perempuan. Salah satu prosedur wajib adalah menyedot air liur, dan peselancar ragu-ragu.
Namun, keinginan untuk memiliki pengetahuan yang tidak lengkap begitu menggebu-gebu, dan pengetahuan ini diyakini dapat membantu orang. Dalam pandangannya, kesimpulan akhirnya adalah tidak ada yang salah dengan mengorbankan beberapa nyawa untuk kebaikan yang lebih besar, dan pada akhirnya waktu berlalu. Tahun 1997, orang Indonesia terinspirasi. Di sebuah kebun tebu di Dusun Aman Damai, Kabupaten Del Serdang Sunggal, Sumatera Utara, polisi menemukan 42 jenazah yang sebagian besar sudah berubah menjadi tengkorak. Semua gadis telanjang. Suradji berusia antara 13 hingga 27 tahun dan ternyata adalah lulusan sekolah dasar. Pria jangkung dan kurus. Sama sekali tidak ada pesona glamor seperti orang terkenal atau dukun.
Dalam 11 tahun sejak 1986, Suradji berhasil menyembunyikan kegilaannya. Hingga akhir 1997, aparat berhasil membeberkan semuanya. Ini bermula ketika jenazah ditemukan tidak jauh dari altar dukun. Kemudian dari sini, berangsur-angsur ditemukan korban-korban lain yang terbukti melakukan kejahatan gila ini.Tampak jelas hukuman yang dijatuhkan kepada Suraj adalah hukuman mati, sekalipun tidak pernah bisa menebus kesalahan yang dilakukannya. Pada tahun 1998, pengadilan menetapkan hukuman mati untuknya, tetapi hanya 10 tahun kemudian, pada 10 Juli 2008, hukuman mati dijalankan. Saat itu, cerita tentang Suradji tidak hanya membuat heboh di Indonesia, tapi juga menjadi headline di seluruh dunia. Kabar Suradji membuat nama Indonesia sangat bagus, sehingga dirusak. Orang-orang di sana juga percaya bahwa orang Indonesia yang ramah juga bisa bertingkah laku seperti binatang.
Baca Juga : Pernikahan Artis Indonesia Yang Disiarkan Langsung Di Televisi
2. Rio Martil

Rio Alex Bullo (juga dikenal sebagai Rio Martil) dijatuhi hukuman mati dalam serangkaian pembunuhan yang terjadi dari tahun 1997 hingga 2001.Pada Jumat 12 Januari 2001, suasana di Banyumas Baturade Jawa Tengah tampak biasa saja. Kawasan wisata yang sejuk memang tidak ramai, di penghujung akhir pekan, wisatawan lokal dari Banyumas dan daerah lain di Jawa Tengah biasanya banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat atau sekedar mengagumi pemandangan di kaki Gunung Slamet. Begitu pula suasana Hotel Rosenda juga sangat kental.Ini salah satu hotel yang berada di tengah kawasan wisata.Tidak ada yang mengejutkan sore itu. Tidak banyak tamu yang menemukan hotel terbaik yang berjarak 20 kilometer dari Purwokerto ini.
Di Kamar 135 Hotel Rosenda, keduanya mengobrol dengan santai. Rio, seorang pengusaha asal Jakarta, bercerita tentang ketertarikannya berinvestasi di bisnis perumahan Baturaden.Pada 21 Januari 2001, Rio de Janeiro mengungkap pembunuhan Rio setelah pembunuhan brutal seorang pengacara terkenal dan pemilik persewaan mobil Jaye Suragi (39) di Purwokerto (39).Antara 1997 dan 2001, Rio Martil juga membunuh sedikitnya empat pemilik atau pengelola persewaan mobil. Saat melakukan aksinya, Rio selalu menyiapkan dua palu untuk memukul kepala korban. Inilah mengapa Rio de Janeiro juga dijuluki “Martil Mematikan”. Rio Tinto, saat berjuang di Penjara Nusakambangan, juga membunuh narapidana Iwan Zulkarnaen. Rio dieksekusi pada 2008.
3. Dukun Asep

Tubagus Yusuf Maulana atau Dukun Asep divonis mati dalam kasus pembunuhan yang disengaja yang melibatkan delapan orang yang ingin menggandakan uangnya melalui bank tak kasat mata. Asep dipanggil dukun oleh korban dan mampu menggandakan hartanya. Namun, Arthur Pu secara tragis membunuh korbannya melalui sebuah ritual dan memberikan minuman beracun. Para korbannya percaya bahwa ritual dan minuman yang disediakan Asep adalah cara untuk mencari uang. Pembantaian dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 17 Mei 2007, 5 orang tewas, dan pada 19 Juli 2007, 3 korban lainnya tewas.
Ritual yang diperlukan adalah memerintahkan korban untuk menggali lubang yang disiapkan Asep. Kemudian, berikan korban minuman hitam beracun. Asep membunuh korbannya untuk mengontrol uang yang dibutuhkan pelaku, karena setiap korban harus menyediakan 20 juta rupiah. Dukun Asep setelah itu didiagnosa mati oleh Pengadilan Negeri Rangkasbitung pada 10 Maret 2008. Di tahun yang serupa, Asep pula dieksekusi.
4. Baekuni

Pembunuhan berantai yang dilakukan Rian mengingatkan kita pada kasus yang sama yang dilakukan oleh Baekuni alias Babeh. Bedanya, target Beibei adalah laki-laki. Sebelum dibunuh, korban disodomi terlebih dahulu. Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Timur Jakarta, Senin (20/9/2010), Beibei mengaku telah membunuh 14 anak jalanan, beberapa di antaranya dimutilasi. Kasus tersebut terungkap pada 8 Januari 2010, saat jenazah ditemukan di dekat Jembatan Bangir Kanal Timur di Ujung Menteng, Gabon, Jakarta Timur, di Jakarta. Lima jenazah tanpa kepala teridentifikasi sebagai pengamen jalanan Ardiansyah (9). Babe (Sabtu / 1 September 2010) ditangkap pukul WIB bertempat di rumah kontrakannya di Gang H Pulogadung Dalim RT 6 RW 2, Jakarta Timur.
Kehidupan Baukeni dikritik sebagai “Si bodoh” karena dia sering tidak menghadiri kelas. Putra seorang petani miskin di Magelang, Jawa Tengah, tak tahan lagi dihina. Ia meninggalkan kelas tiga SD dan kabur ke Jakarta. Baekuni mengembara di Lapangan Banteng di Jakarta Pusat hingga suatu hari ia diperkosa oleh massa. Kenangan menyakitkan ini Bikin Putih mengidap pedofilia atau gangguan jiwa berupa orientasi seksual anak. Selain itu, ia didiagnosis dengan nefropati situasional. Undead sendiri merupakan penyakit jiwa yang ditandai dengan kepuasan seksual saat berhubungan seks dengan jenazah.
Bayi itu akhirnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan. Pengadilan Negeri Jakarta Timur mengambil keputusan ini pada tanggal 6 Januari 2010. Dalam persidangan, Ketua Mahkamah Agung Mahfud Saifullah mengatakan bahwa Babeh dipastikan bersalah melakukan pembunuhan dan sodomi yang disengaja terhadap setidaknya empat anak jalanan dan pengamen.Mereka adalah Ardiansyah, Arif (7), Rio (12) dan Arif Abdurrahman (7) alias Arif Kecil alias Yusuf. Dalam persidangan, Babeh mengaku sejak 1993, Babeh telah membunuh 14 anak jalanan dan pengamen.
Ketika ketua panel ahli bertanya kepada Babeh apakah dia menerima keputusan pengadilan, Babeh menjawab bahwa dia menerimanya. Bayi itu tersenyum dan keluar dari ruang sidang. Dia dibawa kembali ke Rutan Cipinang di Jakarta Timur. Ketika reporter bertanya apakah dia siap untuk tinggal di penjara sampai akhir hayatnya, Babeh menjawab: “Berani melakukannya, dan harus berani bertanggung jawab. Saya ikhlas. Saya bersyukur kepada Allah.” Sebelumnya, Jaksa Penuntut dari kasus pembunuhan berantai yang menuduhnya Babeh dijatuhi hukuman mati.
Baca Juga : 6 Bencana Alam Terdahsyat Sepanjang Tahun 2014 di Indonesia
5. Ryan Jombang

Di Bekasi, Jawa Barat, pembunuhan dan mutilasi terhadap pria berinisial (DS) baru-baru ini mengingatkan masyarakat akan kejadian serupa di Heri Santoso sekitar 12 tahun lalu. Pasalnya, pelaku pembunuhan dan mutilasi adalah mereka yang memiliki hubungan dekat dengan korban. Bahkan, bisa disebut hubungan sesama jenis. Pelaku yang membunuh DS (24) adalah seorang remaja berinisial A (17) yang juga menjadi korban pelecehan seksual oleh DS.Ia sangat marah karena sering dipaksa berhubungan seks berkali-kali. Hal ini membuat A memutuskan untuk menghentikan hidup DS. Di saat yang sama, peristiwa di Heri Santoso tahun 2008 lalu sempat menghebohkan banyak parpol, karena ternyata ia bukan satu-satunya korban pelaku bernama Verry Idham Henyansyah alias Ryan. Penemuan tubuh Heri, teman dekat Ryan, membuat polisi menemukan bahwa Ryan telah membunuh dan menyiksa puluhan pria lainnya.
Berdasarkan berkas Kompas, saat polisi menemukan 7 jenazah di Jalan Kebagusan Raya dekat SD Negeri Ragunan XIV di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, untuk pertama kalinya polisi mengungkap pria kelahiran Jombang, Jawa Timur itu. pembunuhan. ” 12 Juli 2008. Belakangan diketahui, korbannya adalah Heri Santoso, kala itu berusia 40 tahun. Ia dibunuh dan dilukai oleh Ryan di Apartemen Margonda Residence di Depok pada 11 Juli 2008. Setelah menggunakan kartu ATM Heri, Anda bisa melacak jejak Ryan. Kepada polisi, Ryan mengaku motif pembunuhan itu “cemburu” karena Herry berencana mengencani pacar Ryan saat ini, Nov Andreas setelah melihat foto Ryan dipasang di apartemen Ryan.
Kemudian mereka bertengkar. Ryan menikam Heri sampai mati. Dia kemudian memotong tubuh Heri menjadi 7 bagian, memasukkannya ke dalam koper dan melemparkannya ke jalan. Polisi mencurigai sikap aneh Ryan dalam penyidikan, dan akhirnya berhasil mengungkap bahwa pria tersebut telah melakukan pembunuhan di kampung halamannya di Jombang, sehingga rangkaian pembunuhan tersebut dinamakan kasus Negara Bagian Ryan Jombang.Ryan divonis mati oleh Pengadilan Negeri Depok pada 6 April 2009. Ryan mengajukan banding, tetapi ditolak. Pria kelahiran Jombang, 1 Februari 1978 ini menolak upaya hukum dan mengajukan permohonan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung, namun tetap ditolak. Ryan mengaku menyesal dan meminta maaf atas perbuatannya. Menurut Tribunnews, saat menunggu eksekusi, Ryan kini menggunakan waktunya untuk salat di Lapas Kelas I Cirebon, Jawa Barat.
6. Rian Bogor

Muhammad Rian, seorang pembunuh berantai di Bogor, bertekad untuk membunuh dua wanita di Bogor, namun dia tetap menarik perhatian. Bahkan, Rian disebut sebagai pembunuh berantai karena ia melakukannya secara sadar.Rian diduga membunuh Diska Putri (17) dan Elya Lisnawati (25). Selama pemeriksaan dengan polisi, Rian tidak membuktikan terdapatnya kendala jiwa serta menanggapi pertanyaan polisi dengan mudah. Meski dalam pernyataan awalnya, ia mengaku membenci wanita, penyelidikan Rian tak berhenti sampai di situ. Polisi masih menyelidiki hubungan Rian dengan rekan perempuan lainnya.
Susatyo menjelaskan, polisi luang menciptakan kabar kalau Rian awal mulanya khawatir melaksanakan pembunuhan. Tetapi, tiba-tiba dia berani dan terjadi pembunuhan, Ryan pernah mengatakan bahwa pembunuhan itu didasarkan pada kebenciannya terhadap wanita. Namun, saat penyidik menginterogasi Rian, informasi tersebut tidak muncul.Usai meninjau pernyataan tersebut, polisi menjelaskan niat kebencian Rian yang ternyata hanya ditujukan kepada wanita pertama yang ia bunuh, Diska Putri. Diska adalah wanita yang mengenakan celana Doraemon dan kemudian dibunuh di sebuah hotel di kawasan Puncak. Pada 25 Februari, jenazah dilempar di depan sebuah toko material di Jalan Raya Cilebut, Bogor.
Selain itu, menurut hasil tes urine Rian, ia menemukan bahwa mengonsumsi obat Inex dan Sha pot memiliki arti positif. Namun, sejauh ini polisi belum mendakwa Rian dengan pasal penyalahgunaan zat terlarang, namun pihaknya masih menyelidiki apakah penggunaan narkoba memicu Rian untuk memecat korban. Selain itu, Rian mengaku baru sebulan menggunakan narkoba, sejauh ini polisi hanya menculik Enian empat lapis. Yaitu, artikel tentang pembunuhan biasa, pra-pembunuhan, undang-undang perlindungan anak, dan pencurian dengan kekerasan.Tersangka kasus pembunuhan berantai Bogor Tersangka berinisial MRI atau Rian (21) diancam dengan pasal berlapis. Salah satunya adalah ancaman hukuman mati terbesar bagi pembunuhan sadis secara terencana. Susatyo mengatakan pada Kamis (11/3/2021): “Hukuman minimal 15 tahun dan hukuman maksimal hukuman mati.”